Minggu, 14 Agustus 2011

Pendidikan anak dimulai di dalam kandungan.

“Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus”
(Lukas 1:41)


Tuhan sudah mengenal kita sebelum kita berada di rahim ibu, maka calon orang tua sudah dapat mempersiapkan segala sesuatu melalui doa untuk kehadiran sang anak. (Yeremia 1:5 "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.")
 Kami sudah menikah lima tahun yang lalu barulah tahun 2008, bulan April, isteri saya mengandung. Kehadiran si anak sudah empat tahun yang lalu kami harapkan dan kami sudah menamakan anak itu ‘Syema’ Kami senantiasa berdoa dan tidak mau menerima tawaran dunia ini, baik itu ke tukang urut sekalipun. Karena kami percaya indahnya waktunya Tuhan (Pengkotbah 3:11a “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.”)

Tuhan menenun anak semasa di dalam kandungan (Mazmur 139:13 “Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku”). Penenun anak adalah ajaib dan kudus, sehingga pada mulanya anak di dalam kandungan tidaklah dalam keadaan berdosa seperti yang tertulis dalam Mazmur 51:7 “Mazmur “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku”.

Penenunan seorang anak di dalam kandungan adalah suatu muzijat yang diperbuat Tuhan. Mujizat itu terjadi dengan sangat perlahan, sehingga kita menganggapnya biasa saja, karena setelah sembilan bulan kemudian barulah lahir seorang anak.

Tuhan dapat membuat muzijat itu seketika, sehingga orang akan takjub, tetapi Tuhan memilih untuk melakukannya secara perlahan, maka hanya seorang ibu yang dapat merasakannya. Si ibu merasakan gerakan-gerakan anak di dalam dirinya, si ibu memberi makanan yang lembut dan lunak. Jadi, hanya si ibu yang merasakan penenunan yang diperbuat oleh Tuhan.

Si bapak mendapatkan kesempatan untuk merasakan gerakan sang anak dari luar, memberi makan ibu sang anak dan membantu kelahiran sang anak. Selama sembilan bulan si bapak mengenal anak dari jauh, tetapi si ibu mengenalnya dari lubuk hati, karena di dalam rahimnya si anak hidup, bergerak dan bertumbuh, apa yang dimakan si ibu, si anak ikut memakannya, kemanapun si ibu pergi, maka si anak pun ikut serta.

Sungguh sangat besar peranan ibu di dalam mempersiapkan kelahiran sang anak. Banyak hal yang harus dipersiapkan untuk menerima kehadiran seorang anak, tidak hanya sebatas mempersiapkan ruangan dalam rumah, tetapi juga menyiapkan ruangan dalam hati. Tentu saja ini memerlukan waktu.

Sembilan bulan adalah waktu yang lama untuk dinyatakan sebagai suatu muzijat. Selama sembilan bulan, Tuhan mempersiapkan seorang anak bagi kedua orang tuanya dan juga mempersiapkan kedua orang tua bagi anaknya.

Sebab itu patutlah pendidikan anak itu dilakukan semasa ia di dalam kandungan, bagaimana mungkin itu bisa terjadi, pikir kita!. Tetapi kalau kita merenungkan firman Tuhan dalam Lukas 1:41 (“Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus”), maka kita mengetahui bahwa semasa anak dalam kandungan, anak itu sudah dapat menanggapi suara dari luar. maka, si anak sudah dapat berhubungan bathin dengan dunia luar, terutama dengan ibunya.. Suasana hati si anak tergantung dari situasi hati si ibu.

Kalau si ibu suka termenung, maka si anak juga akan suka termenung, kalau si ibu mudah sakit hati, maka si anak juga mudah sakit hati. Demikianlah seterusnya, apa yang dialami ibu akan cendrung dialami si anak setelah ia lahir. Oleh karena itu, orang tua mempunyai peranan penting untuk menjadikan anak itu dikemudian hari, anak yang takut akan Tuhan atau anak yang suka memberontak.

Sungguh luar biasa kalau kita mau mendidik anak semasa di dalam kandungan, karena kita dapat berbicara dengan anak itu, maka pendidikan yang diterima si anak akan lebih mudah, hal itu bisa saja terjadi! Sebab itu, “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Mat. 26:41).

Si anak yang dikandungan sudah memiliki roh, maka pendidikan kepada anak sudah dapat dilakukan, si anak akan mudah diajari sebab ‘roh’ itu penurut. Setiap orang yang penurut akan mudah diajari, dibentuk oleh siapapun. Kalau orang tuanya tidak baik, maka setelah anak itu lahir, dia akan condong melakukan yang tidak baik, karena si anak sudah terbiasa mendengarkan hal-hal yang tidak baik. Demikikanlah sebaliknya, kalau orang tuanya biasa berbicara yang baik dan melakukan yang baik, maka setelah lahirnya si anak, si anak akan mudah diarahkan kepada hal-hal yang baik. Sebab iman itu timbul dari pendengaran akan firman Tuhan (Roma 10:17 “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus”).
 Setelah isteri saya mengandung, kami sudah mengikut sertakan anak dalam kandungan didalam kami berkomunikas dan beraktifitas, kami sudah memanggilnya dengan nama: Syema.

Setelah kami mengetahui Tuhan mengaruniakan seorang anak kepada kami, maka kami mengadakan syukuran dengan tetangga atas ulang tahun pernikahan kami yang ke-5 dan sekaligus atas hadirnya seorang anak yang berumur 7 minggu di rahim ibunya. Orang terkejut karena ‘tabu’ membicarakan anak yang masih di dalam kandungan, apa lagi usia dini, nanti bagaimana kalau terjadi keguguran, maka muncullah ketakutan untuk membicarakannya kepada orang lain. Bahkan ada nasehat “ jangan terlalu gembira dan diketahui orang, biasa-biasa sajalah”.

Suatu kepastian yang kami dapatkan dari Firman Tuhan bahwa anak itu hidup (bnd.Lukas 1:41), maka kami tidak ragu menyatakan namanya adalah Syema (bahasa Ibrani, yang arti dengarlah). Kami dengan sukacita mengabarkan, karena kami tahu pasti yang dijanjikan oleh Tuhan (bnd. Markus 16:20), karena kehadiran Syema di dalam rumah tangga kami adalah kesempatan kami menceritakan perbuatan-perbuatan Tuhan (bnd. Mazmur 118:17).

Ketika ada muncul ketakutan, maka kami ingat Firman Tuhan: “Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu” (Mazmur 56:4). Maka kami selalu mendapatkan ketenangan, karena kami datang kepada Yesus (Matius 11:28-29 “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan”).
 Pada bulan Juli, tanggal 3, isteri saya mengalami pendarahan. Kami mengajak Syema berdoa, dan berkata kepada Syema yang dikandungan:”Tuhan Yesus memberkatimu Syema, kamu tidak apa-apa, walaupun mama mengalami pendarahan, karena Tuhan Yesus memberkatimu.

Kita meyakini bahwa Tuhan turut bekerja dalam segala hal, untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang percaya Tuhan Yesus, yaitu bagi kita yang terpanggil sesuai dengan rencana Tuhan.(Roma 8:28). Sehingga walaupun ada ancaman melalui pendarahan, kita tetap percaya akan rancangan Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera (Yeremia 29:11 “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”)
 Setelah mengetahui pendarahan kami langsung ke Rumah Sakit, pada waktu pemerikasaan melalui USG, isteri saya ingat akan Firman Tuhan: “Aku tidak akan mati, tetapi hidup, dan aku akan menceritakan perbuatan-perbuatan TUHAN” (Mazmur 118:17). Setelah dilihat di USG, dokter heran ketika dikatakan telah terjadi pendarahan, karena keadaan anaknya baik. Setelah diteliti, ternyata ada bercak darah pada plasenta sang anak. Maka si ibu disuruh istirahat selama 2 minggu.
Peristiwa pendarahan itu menjadi suatu pertanda bagi kami, bahwa Tuhan membuktikan penyertaanNya (Markus 16:20 “Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya..“), memberitakan Injil, bukan hanya berkotbah, tetapi menunjukkan diri kita sebagai orang yang percaya, sehingga kemanapun pergi, kami tidak takut dan kami selalu mengikutsertakan Syema. Kami berbicara dengan Syema setiap kali kami beraktifitas, terlebih-lebih ketika kami naik Honda, karena kami akan bertemu dengan jalan yang tidak bagus sehingga terjadi benturan-benturan.

Setelah isteri saya mengalami pendarahan dan karena keadaan rambut membuat dia kepanasan, maka dia memotangkan rambutnya, tetapi ada yang menasehati, bahwa kalau sedang hamil tidak boleh memotong rambut. Kami tidak mempercayai dogeng itu karena firman Tuhan dalam 1 Timoius 4:7-8 “Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah.Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.”)

Pembahasan pendidikan anak semasa di kandungan, bukanlah teori belaka, penulis sudah pernah menyampaikan kebenaran firman Tuhan ini kepada keluarga yang baru menikah dan isterinya sedang mengandung, anak dikandungan itu sudah diajak berdoa, mendengarkan firman Tuhan. Puji Tuhan, setelah anak itu lahir, walaupun dia masih bayi, ketika dia diajak berdoa, dia sudah menunjukkan sikap berdoa, ketika si anak dibacakan firman Tuhan, maka si anak menunjukkan sikap orang yang mendengarkan firman Tuhan. Demikian juga kita sudah biasa mendengar, jika semasa dikandungan, si ibu itu suka bernyanyi, maka anak itu menjadi suka bernyanyi dsb.
Keluhan yang banyak kita dengar, si anak sudah di doakan, tetapi dia tetap menunjukan pemberontakan. Karena semasa di kandungan, anak itu pernah mau digugurkan dengan berbagai alasan, maka setelah anak lahir, dia tidak mempunyai hubungan yang baik dengan orang tuanya, keinginan si anak selalu memberontak. Atau keluarga itu lama mendapatkan anak, sehingga berbagai cara dilakukan, seperti ke dukun, ziarah di kuburan dll.

Iblis tidak pernah mampu meberikan anak, karena semua anak adalah pemberian Tuhan. Yang terjadi adalah penipuan yang dilakukan iblis, karena dia adalah penipu dari mulanya (Yohanes 8:44 “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta”). Semua yang terjadi adalah karena indahnya waktunya Tuhan (Pengkotbah 3:11a). jadi, anak adalah anugerah Tuhan, sehingga tidak mungkin Tuhan memakai perantaraan dukun, karena dukun adalah kejijikan dihadapan Tuhan (Yehezkiel 13:18a “Katakanlah: Beginilah firman Tuhan: Celakalah dukun-dukun perempuan, yang mengikatkan tali-tali azimat pada semua pergelangan dan mengenakan selubung pada kepala semua orang, tua atau muda, untuk menangkap jiwa orang”). Dan tidak mungkin memakai perantara orang mati di kuburan (Imamat 20:6 “Orang yang berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal, yakni yang berzinah dengan bertanya kepada mereka, Aku sendiri akan menentang orang itu dan melenyapkan dia dari tengah-tengah bangsanya”)
Keluarga yang lama mendapatkan anak akan menghalalkan segala cara, seperti pergi ke dukun, maka mereka mendapat anak, sehingga dukun dianggap sebagai perantara Tuhan. Maka anak itu mempunyai tingkah laku yang tidak berkenan dihadapan Tuhan. Sebab iblis berhasil menyesatkan mereka, karena itu adalah pekerjaan iblis (Wahyu 12:9 “Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya”)

Oleh karena itu, keluarga yang sudah lama merindukan anak dan akhirnya dapat anak setelah mereka ke dukun (Yehezkiel 13:18a), ke kuburan (Imamat 20:6). Segeralah bertobat, karena akan mengalami kesusahan dikemudian hari, minta ampunlah segera (1 Yohanes 1:9 “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”), maka kerinduan hati untuk keluarga bahagia akan menjadi kenyataan.