Senin, 09 November 2009

Bisa karena biasa


Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah

(I Tim.4:7)

Istilah ‘bisa karena biasa’, menunjukkan bahwa setiap orang bisa melakukan segala sesuatu yang dilakukan manusia lainnya. Orang bisa melakukannya, bukanlah semata-mata karena kemampuan atau bakat orang itu, tetapi karena sudah menjalani latihan-latihan dan apa yang sudah dilatih itu akan menjadi suatu kebiasaan yang baru, yang sebelumnya sangat sukar dilakukan atau tidak pernah bisa dilakukan.

Kebiasaan baru didapatkan bukan dari pemberian orang lain, tetapi suatu keadaan yang didapat karena membiasakan diri melakukan apa yang sudah dilihat atau didengarkan. Seseorang akan berhasil mencapai tujuannya, kalau dia sudah menjalani latihan-latihan. Tentunya didalam latihan diperlukan usaha-usaha. Usaha itu akan menghasilkan sesuatu yang memuaskan, kalau dilakukan dengan tekun. Karena itu, setiap kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Ketika gagal sekali, dicoba lagi, gagal lagi, dicoba lagi, kita dapat juga memperhatikan prilakunya semut (bnd. Ams 6:6-8), walaupun semut tidak kuat, tetapi semut menyediakan makanan di musim panas (bnd. Ams 30:25), sehingga pada umumnya orang yang tekunlah yang mencapai keberhasilan.

Jadi, keberhasilan bukan semata-mata karena bakat, tetapi karena diikuti dengan kemauan dan latihan-latihan, sehingga orang yang tidak berbakat pun bisa berhasil, karena mau menjalani latihan-latihan, sehingga kalau dilatih dalam hal yang baik, akan mempunyai kebiasaan yang baik, demikianlah sebaliknya, orang dilatih dalam hal yang jahat, akan mempunyai kebiasaan yang jahat.

Oleh karena itu, dikatakan: latihlah dirimu beribadah. Sehingga untuk mencapai keberhasilan latihan rohani itu adalah dengan menjauhi takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Takhayul dan dongeng nenek-nenek tua itu adalah

ajaran sesat atau cerita-cerita yang samasekali tidak suci dan bersifat dongeng saja, karena tidak mempunyai bobot dan mamfaat bagi kebahagian hidup orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Takhayul terjadi karena ada rasa takut dan terancam. Perasaan takut dan terancam yang bersumber karena tidak percaya bahwa hanya TUHAN satu-satunya yang bisa menolong kita dan memberikan damai sejahtera dan kehidupan yang kekal, sehingga kita tidak membutuhkan benda atau simbol-simbol binatang untuk mengantikan kemuliaan TUHAN (bnd Rm 1:22-23)

Ø Dulu sewaktu kecil, keluarga kami mempunyai kebiasaan, kalau kami bermimpi buruk, maka muka kami dicuci dengan air dari botol yang berisi campuran jeruk ‘purut’ dengan air, yang diletakkan di atas pintu kamar orangtua dan diikat dengan tali (supaya tidak jatuh ke bawah). Air jeruk purut ini adalah warisan keluarga. Waktu SMA, penulis mendapat pengertian bahwa kebiasaan itu tidak sesuai dengan kehendak TUHAN, maka hal itu saya sampaikan kepada mamak, namun mamak menolak untuk menyingkirkannya, dengan alasan hal itu telah lama dilakukan karena warisan keluarga dan tidak diperoleh dari dukun. Saya hanya bisa berseru kepada TUHAN. Pada suatu hari adik saya berlari-lari untuk masuk kamar orang tua dan dia menutup pintu dengan tergesa-gesa, waktu pintu dihempaskan, maka botol yang diatas pintu jatuh menimpa kepala adik, sehingga dia harus dibawa ke rumah sakit. Sejak itulah mamak saya tidak mengikuti lagi warisan keluarga itu. Jadi, TUHAN turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi-Nya (Rm. 8:28). Terpujilah Tuhan Yesus

Latihan tubuh adalah latihan untuk mengembangkan tubuh, bukan untuk mendapatkan tubuh. Para petani mengerjakan tanah, bukanlah untuk mendapatkan tanah, tetapi untuk mengembangkan apa yang mereka miliki. Sebab kalau kita ingin mengalami pertumbuhan jasmani, maka kita harus makan makanan jasmani. Pertumbuhan jasmani akan baik, kalau kita memilih makanan yang dibutuhkan tubuh. Demikian pula halnya dengan latihan rohani.

Latihan rohani itu adalah proses untuk melepaskan kebiasaan lama dan mengembangkan kebiasaan baik. Karena latihan rohani itu menggantikan dusta (Yoh.8:44c “sebab Iblis adalah pendusta dan bapa segala dusta”) dengan kebenaran (Yoh.14:6a “Yesus lah jalan dan kebenaran dan hidup”). Kita mendapatkan pertolongan Roh Kudus untuk mengembangkan kebiasaan baik itu, yaitu supaya kita tetap mengerjakan keselamatan (bnd.Flp 2:12-13). Maka, latihan rohani itu adalah usaha kerjasama antara Roh Kudus dengan kita.

Latihan rohani itu adalah untuk mencapai kebahagiaan hidup. Kebahagiaan hidup itu dicapai dengan melatih diri beribadah, supaya kita hidup berkenan dihadapan Tuhan Yesus. Kita berkenan dihadapan TUHAN melalui penghayatan iman dalam kata-kata (Mat.12:37 “menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum”) dan perbuatan (Yak.2:26b “iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati”). Karena latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.(I Tim.4:8)

Ø Sejak SD Penulis mempunyai hobby membaca komik, tetapi Penulis dilarang untuk membaca komik, selain membutuhkan uang, karena jarang berada di rumah, bahkan sering dimarah, sebab pergi diam-diam. Waktu SMP, Penulis juga mempunyai kegiatan ‘jualan rokok berjalan’ waktu liburan sekolah. Beberapa kali Penulis kepergok membaca komik, sehingga Penulis dilarang bapak berjualan. Situasi inilah yang membuat Penulis mengambil keputusan untuk tidak membaca komik lagi, dan menggantikannya dengan membaca Alkitab, sehingga setiap ada keinginan untk membaca komik, Penulis menggantikannya dengan membaca Alkitab, akhirnya penulis dapat membaca Alkitab dari Kejadian sampai Surat Yohanes. Tetapi orang tua sempat takut penulis jadi ‘Bibelon’. Di STT HKBP, Penulis membaca ulang Alkitab yang dulu sudah pernah dibaca dan menyelesaikan membaca seluruh isi Alkitab. Setelah menjadi Hamba TUHAN, barulah Penulis menyadari bahwa membaca Firman TUHAN itu telah menjadi makanan rohani. Firman TUHAN yang dibaca itu telah menjadi harta rohani yang terpendam dan menjadi pokok untuk pelayan Kristus. Terpujilah Tuhan Yesus

Karena Makanan rohani itu adalah Firman Tuhan, maka kita harus membiasakan diri membaca Firman Tuhan. Pada waktu kita membaca Firman Tuhan, mungkin kita tidak mengerti atau mungkin Firman Tuhan tidak mempunyai makna yang istimewa untuk diri kita pada saat itu, tetapi tetaplah kita membaca Firman Tuhan, karena suatu ketika Firman Tuhan yang kita baca itu akan mengubah hidup kita, memberi pengertian sehingga hidup kita berkenan dihadapan TUHAN.

Ada orang yang makan makanan rohani sekali seminggu dan ada pula yang makan makanan rohaninya setiap hari (Renungan Harian, gereja HKBP menyediakan Almanak dan ‘PHD’). Tentu pertumbuhan rohaninya berbeda. Kita pilih yang mana!!!

Membaca Firman Tuhan, bukan masalah harus dimengerti apa yang dibaca, baru dikatakan mengalami pertumbuhan, tetapi dengan membacanya kita sudah mengalami pertumbuhan, karena membaca Firman Tuhan itu bukan untuk pikiran, perasaan atau kehendak, tetapi adalah untuk ‘roh’(rohani) dan tidak harus membutuhkan penjelasan-penjelasan (bnd. I Ptr 2:2 “Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan”). Seorang bayi menerima apa yang diberikan si ibu kepadanya, tanpa harus bertanya pada ibunya. Demikian ketika kita lapar, kita tidak menolak nasi yang diberikan untuk dimakan dan tanpa mempersoalkan bagaimana proses penyediaan makanan nasi itu, karena kita tahu ibu mengasihi kita dan kita mengasihi ibu.

Kita makan makanan rohani adalah kehendak TUHAN (bnd. Yoh.4:34 “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya”). Makanan rohani itu membuat kita mengalami pertumbuhan rohani. Pertumbuhan rohani itu akan menuju kepada kedewasaan rohani, yaitu setelah kita mau latihan beribadah.

Latihan beribadah melalui doa juga menjadikan kita senantiasa mempunyai hubungan yang karib dengan TUHAN, sehingga kita senantiasa rindu untuk berkomunikasi dengan TUHAN, baik kita susah maupun senang. Komunikasi rohani itu menunjukkan pergaulan karib kita dengan TUHAN (bnd Yak.4:7-8), karena komunikasi kita dengan TUHAN adalah sejauh ‘doa’.

Doa adalah ucapan syukur dan pernyataan kehadiran TUHAN, sebab TUHANlah yang membantu kita dalam doa, jika kita berusaha untuk mengetahui dan melakukan kehendak TUHAN (Rm 8:14,26). Oleh karena itu doa dinyatakan setiap waktu dengan tiada putus-putusnya (Rm 12:12, Ef 6:13-18).

Doa adalah ibadah yang mencakup segala sikap hati manusia dalam berkomunikasi dengan TUHAN. Orang yang percaya kepada TUHAN melakukan pemujaan dan mengajukan permohonan dalam doa. Doa sebagai sikap hati manusia untuk senantiasa berhubungan dengan TUHAN. Doa menunjukkan persekutuan kita dengan TUHAN. Maka, seseorang dapat berdoa kepada TUHAN, karena hati atau rohnya telah dijamah oleh TUHAN.

Ø Seperti Saulus (nama Paulus sebelum bertobat), waktu hatinya berkobar-kobar mengancam dan membunuh murid-murid TUHAN, dalam perjalanan Saulus ke Damsyik, ia mau mendengar suara TUHAN. Setelah Roh Yesus Kristus menyatakan diri kepada Saulus, disebutkan: “Saulus sekarang berdoa” (Kis.9:11). Inilah pertama sekali Saulus berdoa, sebab begitu dalam perubahan hatinya yang diakibatkan oleh jamahan Roh Yesus (Flp.1:19),sejak saat itulah dia menjadi pendoa dan selalu berkomunikasi dengan TUHAN (Kis.22:17-21).

Mengapa ada orang yang sukar berdoa? sebab hati atau rohnya belum dijamah oleh TUHAN, karena rohnya masih ditangkap Iblis(Yeh.13:18). Apakah jamahan itu harus seperti yang dialami Paulus? Mengapa ada orang mudah terganggu untuk berdoa? karena capek, terburu-buru, sibuk, ribut, sulit konsentrasi!!! Atau tidak ada tempat khusus, waktu khusus untuk berdoa! Jadi apa yang dibutuhkan untuk berdoa? Yang dibutuhkan orang dalam berdoa adalah sikap khusus.

Sikap khusus itu tidak dibatasi oleh waktu atau tempat, tidak harus lipat tangan atau tutup mata, karena TUHAN itu adalah Roh (II Kor.3:17), sehingga setiap orang yang berseru kepada TUHAN adalah di dalam roh dan kebenaran (bnd Yoh.4:24). Setiap saat dan dalam keadaan apapun kita dapat berdoa. Baik ketika kita bersukacita, berdukacita, sambil berjalan, berlari, bekerja, sedang mengalami musibah, kita tetap dapat berdoa. Maka, untuk berdoa tidak ditentukan waktu khusus atau tempat khusus, tetapi sikap khusus.

Orang yang percaya kepada Yesus , sibuk dengan latihan-latihan Kristen yang layak dan giat (I Kor.9:25 “Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk meperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh mahkota yang abadi”). Maka, orang yang sudah menjalani latihan rohani, baik itu dalam makan makanan rohani maupun berkomunikasi (doa), akan menuju kedewasaan rohani.

Orang yang dewasa rohanilah yang dapat melakukan yang baik tanpa melibatkan diri dengan perbuatan jahat, sebab orang yang mendua hati tidak tenang dalam hidupnya (Yak.1:8) dan tidak ada dusta untuk kebaikan (Mat.5:37 “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat”). Oleh karena itu, orang yang percaya Yesus, harus menjaga dirinya dengan trampil secara rohani, yaitu dengan makan makanan rohani dan berkomunikasi (doa) di dalam roh dan kebenaran.

Bagaimana caranya supaya kita dapat melakukan makan makanan rohani, sekaligus berkomunikasi dengan TUHAN, bukan saja pada waktu partangiangan (ibadah) atau hari Minggu, tetapi dapat dilakukan setiap saat dan dimanapun?. Ini adalah contoh makanan rohani dan doa (Mat.6:9-13):

Bapa kami yang di sorga,

Dikuduskanlah nama-Mu,

datanglah Kerajaan-Mu,

jadilah kehendak-Mu

di bumi seperti di sorga.

Berikanlah kami pada hari ini

makanan kami yang secukupnya

dan ampunilah kami akan kesalahan kami,

seperti kami juga mengampuni

orang yang bersalah kepada kami;

dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan,

tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.

Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa

dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.

Latihan beribadah adalah membiasakan diri dengan makan makanan rohani atau berdoa

kemuliaan dan berkat

Kemuliaan dan Berkat

Kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar

(2Kor.3:18).

.

Sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, manusia itu segambar dengan rupa TUHAN (bnd.Kej.1:26). Hal ini berarti bahwa manusia itu pernah mempunyai hubungan yang indah dengan TUHAN, sehingga manusia itu mendapat berkat. Namun karena manusia telah jatuh ke dalam dosa, maka manusia itu mendapat kutuk.

Gambaran adalah tiruan yang serupa dengan yang asli. Sehingga kalau gambarnya berbeda dengan yang asli, maka gambaran itu telah rusak. Gambaran yang telah rusak mengakibatkan pancaran dari yang asli juga telah rusak. Sehingga segala sesuatu dapat menjadi kacau. Seharusnya mendapat berkat, tetapi kutuklah yang datang.

Kita diciptakan segambar dengan rupa TUHAN, maka kita segambar didalam pikiran, perasaan dan kehendak TUHAN. Namun manusia telah jatuh ke dalam dosa (Rm 3:23), sehingga pikiran, perasaan dan kehendak manusia tidak sama lagi dengan TUHAN. Seharusnya kita mendapat berkat, tetapi kutuklah yang datang.

Manusia itu cendrung untuk mau menerima berkat dan menolak kutuk. Sehingga perlu diketahui apa yang mendatangkan berkat, yaitu jika kita baik-baik mendengarkan suara TUHAN (Im.26:3-6 ”Jikalau kamu hidup menurut ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada perintah-Ku serta melakukannya, maka Aku akan memberi kamu hujan pada masanya, sehingga tanah itu memberi hasilnya dan pohon-pohonan di ladangmu akam memberi buahnya. Lamanya musim mengirik bagimu akan sampai kepada musim memetik buah anggur dan lamanya musim memetik buah anggur akan sampai kepada musim menabur. Kamu akan makan makananamu sampai kenyang

dan diam di negerimu dengan aman tenteram. Dan Aku akan memberi damai sejahtera di dalam negeri itu, sehingga kamu akan berbaring dengan tidak dikejutkan oleh apa pun; Aku akan melenyapkan binatang buas dari negeri itu, dan pedang tidak akan melintas di negerimu”) dan yang menyebabkan orang kena kutuk, yaitu jika orang tidak mendengarkan suara TUHAN (Im.26:14-16 “Tetapi jikalau kamu tidak mendengarkan Daku, dan tidak melakukan segala perintah itu, jikalau kamu menolak ketetapan-Ku dan hatimu muak mendengar peraturan-Ku, sehingga kamu tidak melakukan segala perintah-Ku dan kamu mengingkari perjanjian-Ku maka Aku pun akan berbuat begini kepadamu, yakni Aku akan mendatangkan kekejutan atasmu, batuk kering serta demam, yang membuat mata rusak dan jiwa merana; kamu akan sia-sia menabur benihmu, karena hasilnya akan habis dimakan musuhmu”)

Oleh karena itu, supaya kita mendapatkan berkat, maka gambaran kita harus disesuaikan kembali dengan gambaran Yesus. Sebab TUHAN lah yang menentukan kita untuk segambar dengan-Nya (Rm 8:29Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya...”). Sehingga manusia mengenakan pikiran, perasaan dan kehendak yang sudah diperbaharui di dalam kebenaran dan kekudusan (Ef.4:24). Pikiran, perasaan dan kehendak itu diperbaharui melalui pengakuan dosa (1Yoh.1:9 “Jika kita mengaku dosa kita, maka Yesus adalah setia dan adil, sehingga Yesus akan mengampuni dan menyucikan kita dari segala kejahatan).

Manusia itu akan sama kembali dengan gambaran TUHAN, setelah ada penyesuaian dengan Pikiran, Perasaan dan Kehendak TUHAN, sehingga manusia sebagai cerminan rupa TUHAN itu harus diperbaharui dalam hal: Pikiran dan Perasaan (Flp 2:5 “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus”) serta diperlengkapi segala yang baik untuk melakukan kehendak TUHAN (bnd. Ibr.13:21).

Setelah manusia itu segambar kembali dengan rupa TUHAN, maka manusia itu mendapat berkat menjadi ‘kepala’ (Ul.28:13a “TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepada dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN”). ‘Kepala’ disini bukan berarti: mempunyai jabatan yang menentukkan, kekayaan, kesehatan. Tetapi segala sesuatu yang dipikirkan itu di kepala dan diputuskan juga di kepala, maka setiap pikiran, perasaan dan kehendak, diproses di kepala. Ketika dia kaya, dia menyadari kekayaan dari TUHAN yang dinikmati dengan berbelas kasihan kepada orang lain (bnd. Ams 19:17); kalau dia miskin, dia menyadari bahwa dia mempunyai keuntungan yang besar dengan mencukupkan diri dengan apa yang ada (bnd. I Tim.6:6); kalau dia lemah, dia meminta kesembuhan, tetapi tidak sembuh, maka dia menyadari mendapatkan kekuatan dari TUHAN (Flp 4:13Segala perkara dapat kutanggung didalam Yesus yang memberi kekuatan kepadaku”).

Pikiran Tuhan supaya kita menguasai apa yang TUHAN ciptakan (Kej.1:26 “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa terhadap ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi”). Sehingga, jika kita tidak dapat makan sesuatu yang TUHAN ciptakan, maka ada sesuatu yang menghalangi yang harus diselesaikan, supaya kita dapat menikmati ciptaan TUHAN.

Ø Pada tahun 1993, waktu Penulis merenungkan: kenapa Penulis tidak dapat memakan makanan kerang, padahal manusia diberi kuasa untuk menikmati segala ciptaan TUHAN, berarti ada sesuatu yang terjadi yang menyebabkan saya sebagai gambaran TUHAN tidak dapat menikmati apa yang sudah dijadikan TUHAN, setelah itu Penulis berdoa kepada TUHAN, ketika itulah Penulis ingat pada tahun 1988 pernah makan kerang sampai muntah-muntah. Kemudian Penulis berdoa minta ampun karena pada waktu itu Penulis makan kerang dengan lahapnya, sehingga Penulis muntah-muntah. Setelah selesai berdoa, maka Penulis mencari masakan makanan kerang dan memakannya, puji TUHAN Penulis tidak terganggu lagi waktu memakan makanan kerang.

Pikiran Tuhan supaya kita tidak berhutang (Rm 13:8a“Jangan kamu berhutang apa-apa kepada siapa pun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi.”), sehingga kita sedang melatih diri kita untuk mencukupkan diri dalam segala keadaan (Flp 4:11b “sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalan segala keadaan”) dan kita tahu TUHAN sanggup melimpahkan segala kasih karunia-Nya, sehingga kita senantiasa berkecukupan (bnd. 2Kor.9:8). Sebab “ibadah itu kalau disertai dengan rasa cukup, memberi keuntungan besar” (I Tim.6:6).

Ø Pada tahun 2004, waktu itu kami mengalami kesulitan, karena tidak ada uang untuk membeli beras dan kami sedang menampung seorang anak yang kami sekolahkan, karena orang tuanya tidak mampu. Kami taati Pikiran Tuhan supaya kami tidak berhutang, walaupun kami mempunyai kesempatan untuk meminjam uang atau beras dari tetangga. Sehingga selama tiga hari kami tidak makan nasi. Kami menggantikan makan nasi dengan pepaya dan singkong yang kami tanam. Karena kami taati Pikiran Tuhan, maka sejak itu kami tidak pernah kekurangan dalam hal makan nasi. Terpujilah Tuhan Yesus

Upah akan menjadi berkat bagi seorang pekerja, kalau ia melakukan pekerjaan itu sebagai tanggungjawab manusia yang diciptakan segambar dengan rupa TUHAN (Rm 4:4 ”kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya”). Haknya kita untuk menikmati hasil pekerjaan, namun kita tidak dapat menikmati hasil pekerjaan. Misalnya: memakai STTB yang direkayasa, tidak sesuai prosedur yang benar.

Seorang pegawai atau seorang karyawan akan menerima upahnya di dalam sukacita dan damai sejahtera, karena mereka bekerja sesuai dengan ketentuan di dalam pekerjaan. Dan mereka mau mencukupkan diri dengan gajinya (Luk.3:14b “Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu”). Karena gaji yang diterima dengan rasa cukup itu akan menjadi keuntungan yang besar, sebab cukup di dalam makanan dan pakaian atau yang menjadi kebutuhan pokok (I Tim.6:8-10 “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan

ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah meyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka”). Sehingga, ketika sesorang

tidak merasa cukup, dia akan berdusta, mencuri, korupsi, dll. Dia akan berusaha kerja siang malam, maka dia tidak menikmati pembagian waktu yang sudah diatur oleh TUHAN, ada waktu untuk istirahat, tetapi dia gunakan untuk bekerja, maka dia menyiksa diri dengan berbagai kesusahan.

Sebagai seorang pedagang, kita dituntut untuk bisa menyakinkan pembeli, supaya mereka mau membeli dagangan kita. Cara yang umum dilakukan pedagang setelah terjadi tawar menawar, maka pedagang menyampaikan bahwa modalnya saja tidak dapat, misalnya dia mengatakan bahwa modalnya 50.000, padahalnya modalnya 35.000, maka sudah terjadi dusta dalam berdagang, sehingga berkat TUHAN tidak dapat dinikmati karena setiap orang yang berdusta ber’bapa’kan Iblis (Yoh.8:44 “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab didalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab Iblis adalah pendusta dan bapa segala dusta”).

Jadi, bagaimana supaya tidak ada unsur dusta didalam berdagang? Supaya mereka tertarik untuk membeli!. Kita tidak perlu memberitahukan berapa modalnya, sebab tanpa kita beritahukan berapa modalnya, mereka akan tetap membelinya, karena mereka membutuhkan dan menyukainya dan yang terutama adalah kita berseru kepada TUHAN (Yer.33:3 “berserulah kepada-Ku, maka Aku akan mehjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak tepahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui”). Walaupun sedang terjadi tawar menawar, kita dapat berkomunikasi dengan TUHAN, karena TUHAN itu adalah Roh (II Kor.3:17a”Sebab TUHAN adalah Roh”) dan barangsiapa berseru kepada TUHAN, harus berseru didalam roh dan kebenaran (bnd. Yoh.4:24). Jadi, yang menjadi daya tarik itu adalah karya TUHAN.

Oleh karena kita segambar dengan rupa TUHAN, maka rancangan TUHAN terhadap kita adalah rancangan damai sejahtera, sehingga kita mempunyai masa depan yang penuh harapan (Yer.29:11 “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan”). Kita mempunyai masa depan yang penuh harapan, yaitu kalau kita sudah lepas dari kutuk dan kita kembali mencerminkan kemuliaan TUHAN, karena di luar TUHAN kita tidak dapat berbuat apa-apa (bnd Yoh.15:5).

Kita terkutuk, karena kita gagal menaati firman TUHAN, tetapi Yesus menyelamatkan kita dengan menjadi kutuk bagi kita dan cara kematianNya membuktikan bahwa Yesus mati menggantikan kita. (Gal.3:13 Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!”). Yesus menebus manusia berarti membebaskan manusia dari kutuk dengan pembayaran yang mahal, yaitu darah Kristus (bnd. I Ptr 1:18-19).

Kenapa orang mengalami masalah atau penderitaan? Apakah sedang terkena kutuk!. Ada orang takut kena guna-guna (santet), padahal TUHAN Mahakuasa dan Iblis adalah pihak yang kalah (bnd. Why.12:7-9), maka kita tidak perlu takut terhadap Guna-guna atau mantera-mantera atau tenungan-tenungan, sebab keajaiban yang diperbuat oleh TUHAN (Bil.23:23).

Ada orang menerima gaji, namun dia tidak merasa cukup, karena pekerjaannya diperoleh melalui suap, dusta. Ada orang yang mencari pekerjaan, tapi tidak mendapatkannya, karena terjadi manipulasi untuk meraih STTB. Ada orang mencari atau menunggu jodoh, tapi belum mendapatkannya, karena pernah disakiti lawan jenis dan tetap sakit hati (kecewa). Ada orang kesusahan, tapi tidak mendapatkan penghiburan dan kekuatan dari Tuhan (bnd. Flp 4:13).

Oleh karena itu perlu doa pembatalan kutuk. Berikut ini adalah contoh doa:

Tuhan Yesus, saya menyadari apa yang saya alami saat ini adalah kutukan. Oleh karena itu saya minta ampun atas segala dosa yang telah saya perbuat yang menyebabkan saya mendapat kutukan, dan saya tahu Yesus mati bagi saya untuk membatalkan kutuk itu, sehingga saat ini saya kembali mencerminkan kemuliaan TUHAN dan sampai selama-lamanya saya mendapatkan pertolongan Tuhan Yesus. Amin