“Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah”
(I Tim.4:7)
Istilah ‘bisa karena biasa’, menunjukkan bahwa setiap orang bisa melakukan segala sesuatu yang dilakukan manusia lainnya. Orang bisa melakukannya, bukanlah semata-mata karena kemampuan atau bakat orang itu, tetapi karena sudah menjalani latihan-latihan dan apa yang sudah dilatih itu akan menjadi suatu kebiasaan yang baru, yang sebelumnya sangat sukar dilakukan atau tidak pernah bisa dilakukan.
Kebiasaan baru didapatkan bukan dari pemberian orang lain, tetapi suatu keadaan yang didapat karena membiasakan diri melakukan apa yang sudah dilihat atau didengarkan. Seseorang akan berhasil mencapai tujuannya, kalau dia sudah menjalani latihan-latihan. Tentunya didalam latihan diperlukan usaha-usaha. Usaha itu akan menghasilkan sesuatu yang memuaskan, kalau dilakukan dengan tekun. Karena itu, setiap kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Ketika gagal sekali, dicoba lagi, gagal lagi, dicoba lagi, kita dapat juga memperhatikan prilakunya semut (bnd. Ams 6:6-8), walaupun semut tidak kuat, tetapi semut menyediakan makanan di musim panas (bnd. Ams 30:25), sehingga pada umumnya orang yang tekunlah yang mencapai keberhasilan.
Jadi, keberhasilan bukan semata-mata karena bakat, tetapi karena diikuti dengan kemauan dan latihan-latihan, sehingga orang yang tidak berbakat pun bisa berhasil, karena mau menjalani latihan-latihan, sehingga kalau dilatih dalam hal yang baik, akan mempunyai kebiasaan yang baik, demikianlah sebaliknya, orang dilatih dalam hal yang jahat, akan mempunyai kebiasaan yang jahat.
Oleh karena itu, dikatakan: latihlah dirimu beribadah. Sehingga untuk mencapai keberhasilan latihan rohani itu adalah dengan menjauhi takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Takhayul dan dongeng nenek-nenek tua itu adalah
ajaran sesat atau cerita-cerita yang samasekali tidak suci dan bersifat dongeng saja, karena tidak mempunyai bobot dan mamfaat bagi kebahagian hidup orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Takhayul terjadi karena ada rasa takut dan terancam. Perasaan takut dan terancam yang bersumber karena tidak percaya bahwa hanya TUHAN satu-satunya yang bisa menolong kita dan memberikan damai sejahtera dan kehidupan yang kekal, sehingga kita tidak membutuhkan benda atau simbol-simbol binatang untuk mengantikan kemuliaan TUHAN (bnd Rm
Ø Dulu sewaktu kecil, keluarga kami mempunyai kebiasaan, kalau kami bermimpi buruk, maka muka kami dicuci dengan air dari botol yang berisi campuran jeruk ‘purut’ dengan air, yang diletakkan di atas pintu kamar orangtua dan diikat dengan tali (supaya tidak jatuh ke bawah). Air jeruk purut ini adalah warisan keluarga. Waktu SMA, penulis mendapat pengertian bahwa kebiasaan itu tidak sesuai dengan kehendak TUHAN, maka hal itu saya sampaikan kepada mamak, namun mamak menolak untuk menyingkirkannya, dengan alasan hal itu telah lama dilakukan karena warisan keluarga dan tidak diperoleh dari dukun. Saya hanya bisa berseru kepada TUHAN. Pada suatu hari adik saya berlari-lari untuk masuk kamar orang tua dan dia menutup pintu dengan tergesa-gesa, waktu pintu dihempaskan, maka botol yang diatas pintu jatuh menimpa kepala adik, sehingga dia harus dibawa ke rumah sakit. Sejak itulah mamak saya tidak mengikuti lagi warisan keluarga itu. Jadi, TUHAN turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi-Nya (Rm.
Latihan tubuh adalah latihan untuk mengembangkan tubuh, bukan untuk mendapatkan tubuh.
Latihan rohani itu adalah proses untuk melepaskan kebiasaan lama dan mengembangkan kebiasaan baik. Karena latihan rohani itu menggantikan dusta (Yoh.8:44c “sebab Iblis adalah pendusta dan bapa segala dusta”) dengan kebenaran (Yoh.14:6a “Yesus lah jalan dan kebenaran dan hidup”). Kita mendapatkan pertolongan Roh Kudus untuk mengembangkan kebiasaan baik itu, yaitu supaya kita tetap mengerjakan keselamatan (bnd.Flp
Latihan rohani itu adalah untuk mencapai kebahagiaan hidup. Kebahagiaan hidup itu dicapai dengan melatih diri beribadah, supaya kita hidup berkenan dihadapan Tuhan Yesus. Kita berkenan dihadapan TUHAN melalui penghayatan iman dalam kata-kata (Mat.12:37 “menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum”) dan perbuatan (Yak.2:26b “iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati”). Karena latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.(I Tim.4:8)
Ø Sejak SD Penulis mempunyai hobby membaca komik, tetapi Penulis dilarang untuk membaca komik, selain membutuhkan uang, karena jarang berada di rumah, bahkan sering dimarah, sebab pergi diam-diam. Waktu SMP, Penulis juga mempunyai kegiatan ‘jualan rokok berjalan’ waktu liburan sekolah. Beberapa kali Penulis kepergok membaca komik, sehingga Penulis dilarang bapak berjualan. Situasi inilah yang membuat Penulis mengambil keputusan untuk tidak membaca komik lagi, dan menggantikannya dengan membaca Alkitab, sehingga setiap ada keinginan untk membaca komik, Penulis menggantikannya dengan membaca Alkitab, akhirnya penulis dapat membaca Alkitab dari Kejadian sampai Surat Yohanes. Tetapi orang tua sempat takut penulis jadi ‘Bibelon’. Di STT HKBP, Penulis membaca ulang Alkitab yang dulu sudah pernah dibaca dan menyelesaikan membaca seluruh isi Alkitab. Setelah menjadi Hamba TUHAN, barulah Penulis menyadari bahwa membaca Firman TUHAN itu telah menjadi makanan rohani. Firman TUHAN yang dibaca itu telah menjadi harta rohani yang terpendam dan menjadi pokok untuk pelayan Kristus. Terpujilah Tuhan Yesus
Karena Makanan rohani itu adalah Firman Tuhan, maka kita harus membiasakan diri membaca Firman Tuhan. Pada waktu kita membaca Firman Tuhan, mungkin kita tidak mengerti atau mungkin Firman Tuhan tidak mempunyai makna yang istimewa untuk diri kita pada saat itu, tetapi tetaplah kita membaca Firman Tuhan, karena suatu ketika Firman Tuhan yang kita baca itu akan mengubah hidup kita, memberi pengertian sehingga hidup kita berkenan dihadapan TUHAN.
Membaca Firman Tuhan, bukan masalah harus dimengerti apa yang dibaca, baru dikatakan mengalami pertumbuhan, tetapi dengan membacanya kita sudah mengalami pertumbuhan, karena membaca Firman Tuhan itu bukan untuk pikiran, perasaan atau kehendak, tetapi adalah untuk ‘roh’(rohani) dan tidak harus membutuhkan penjelasan-penjelasan (bnd. I Ptr 2:2 “Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan”). Seorang bayi menerima apa yang diberikan si ibu kepadanya, tanpa harus bertanya pada ibunya. Demikian ketika kita lapar, kita tidak menolak nasi yang diberikan untuk dimakan dan tanpa mempersoalkan bagaimana proses penyediaan makanan nasi itu, karena kita tahu ibu mengasihi kita dan kita mengasihi ibu.
Kita makan makanan rohani adalah kehendak TUHAN (bnd. Yoh.4:34 “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya”). Makanan rohani itu membuat kita mengalami pertumbuhan rohani. Pertumbuhan rohani itu akan menuju kepada kedewasaan rohani, yaitu setelah kita mau latihan beribadah.
Latihan beribadah melalui doa juga menjadikan kita senantiasa mempunyai hubungan yang karib dengan TUHAN, sehingga kita senantiasa rindu untuk berkomunikasi dengan TUHAN, baik kita susah maupun senang. Komunikasi rohani itu menunjukkan pergaulan karib kita dengan TUHAN (bnd Yak.4:7-8), karena komunikasi kita dengan TUHAN adalah sejauh ‘doa’.
Doa adalah ucapan syukur dan pernyataan kehadiran TUHAN, sebab TUHANlah yang membantu kita dalam doa, jika kita berusaha untuk mengetahui dan melakukan kehendak TUHAN (Rm
Doa adalah ibadah yang mencakup segala sikap hati manusia dalam berkomunikasi dengan TUHAN. Orang yang percaya kepada TUHAN melakukan pemujaan dan mengajukan permohonan dalam doa. Doa sebagai sikap hati manusia untuk senantiasa berhubungan dengan TUHAN. Doa menunjukkan persekutuan kita dengan TUHAN. Maka, seseorang dapat berdoa kepada TUHAN, karena hati atau rohnya telah dijamah oleh TUHAN.
Ø Seperti Saulus (nama Paulus sebelum bertobat), waktu hatinya berkobar-kobar mengancam dan membunuh murid-murid TUHAN, dalam perjalanan Saulus ke Damsyik, ia mau mendengar suara TUHAN. Setelah Roh Yesus Kristus menyatakan diri kepada Saulus, disebutkan: “Saulus sekarang berdoa” (Kis.9:11). Inilah pertama sekali Saulus berdoa, sebab begitu dalam perubahan hatinya yang diakibatkan oleh jamahan Roh Yesus (Flp.1:19),sejak saat itulah dia menjadi pendoa dan selalu berkomunikasi dengan TUHAN (Kis.22:17-21).
Mengapa ada orang yang sukar berdoa? sebab hati atau rohnya belum dijamah oleh TUHAN, karena rohnya masih ditangkap Iblis(Yeh.13:18). Apakah jamahan itu harus seperti yang dialami Paulus? Mengapa ada orang mudah terganggu untuk berdoa? karena capek, terburu-buru, sibuk, ribut, sulit konsentrasi!!! Atau tidak ada tempat khusus, waktu khusus untuk berdoa! Jadi apa yang dibutuhkan untuk berdoa? Yang dibutuhkan orang dalam berdoa adalah sikap khusus.
Sikap khusus itu tidak dibatasi oleh waktu atau tempat, tidak harus lipat tangan atau tutup mata, karena TUHAN itu adalah Roh (II Kor.3:17), sehingga setiap orang yang berseru kepada TUHAN adalah di dalam roh dan kebenaran (bnd Yoh.4:24). Setiap saat dan dalam keadaan apapun kita dapat berdoa. Baik ketika kita bersukacita, berdukacita, sambil berjalan, berlari, bekerja, sedang mengalami musibah, kita tetap dapat berdoa. Maka, untuk berdoa tidak ditentukan waktu khusus atau tempat khusus, tetapi sikap khusus.
Orang yang percaya kepada Yesus , sibuk dengan latihan-latihan Kristen yang layak dan giat (I Kor.9:25 “Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk meperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh mahkota yang abadi”). Maka, orang yang sudah menjalani latihan rohani, baik itu dalam makan makanan rohani maupun berkomunikasi (doa), akan menuju kedewasaan rohani.
Orang yang dewasa rohanilah yang dapat melakukan yang baik tanpa melibatkan diri dengan perbuatan jahat, sebab orang yang mendua hati tidak tenang dalam hidupnya (Yak.1:8) dan tidak ada dusta untuk kebaikan (Mat.5:37 “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat”). Oleh karena itu, orang yang percaya Yesus, harus menjaga dirinya dengan trampil secara rohani, yaitu dengan makan makanan rohani dan berkomunikasi (doa) di dalam roh dan kebenaran.
Bagaimana caranya supaya kita dapat melakukan makan makanan rohani, sekaligus berkomunikasi dengan TUHAN, bukan saja pada waktu partangiangan (ibadah) atau hari Minggu, tetapi dapat dilakukan setiap saat dan dimanapun?. Ini adalah contoh makanan rohani dan doa (Mat.6:9-13):
Bapa kami yang di sorga,
Dikuduskanlah nama-Mu,
datanglah Kerajaan-Mu,
jadilah kehendak-Mu
di bumi seperti di sorga.
Berikanlah kami pada hari ini
makanan kami yang secukupnya
dan ampunilah kami akan kesalahan kami,
seperti kami juga mengampuni
orang yang bersalah kepada kami;
dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan,
tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.
Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa
dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.
Latihan beribadah adalah membiasakan diri dengan makan makanan rohani atau berdoa