“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.”
(Yesaya 55:8-9)
Rancangan Tuhan sukar diterima oleh manusia, kecuali kalau manusia menyadari perbedaan antara pertimbangan Tuhan dan pikiran manusia, yang dikiaskan di sini dengan jauhnya jarak antara langit dan bumi. Sebab, manusia mempunyai banyak rancangan, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya (Ams 19:21 “Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana”)
Rancangan Tuhan itu damai sejahtera (Yer.29:11) dan damai sejahtera itu bukan seperti yang dipikirkan manusia, tetapi seperti yang Tuhan nyatakan dalam Firman-Nya: “Semua itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia” (Yoh.16:33).
Rancangan Tuhan itu selalu membawa sukacita bagi mereka yang menerima Tuhan, sebab di tengah-tengah kepahitan dan penderitaan yang mereka alami, mereka tetap menerima kekuatan Tuhan, sehingga mereka dapat menanggung segala perkara yang mereka alami, maka mereka memperolah damai sejahtera yang abadi.
Rancangan Tuhan adalah supaya kita sungguh-sungguh hidup, lain dari itu berarti kita asal-asal hidup. Sehingga kita harus mengetahui apa yang ingin Tuhan lakukan untuk kita, maka berkat Tuhan datang pada kita, ketika kita melakukan dan menaati perintah Tuhan (Yoh.13:17 “Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya”).
Tuhan mau melimpahkan berkatNya, asal saja kita mau dengan rela menerima dan menjalankan rancangan-rancanganNya, walaupun rancangan Tuhan itu lain daripada yang kita bayangkan, dan kita harus memeriksa diri sendiri, apa yang telah kita dengar, apa yang telah kita lakukan dan apa yang telah kita hindarkan dan sampai dimana kita mengikuti panggilan Tuhan, dengan akibat bahwa keadaan kita bisa mengecewakan, karena kita harus berhenti melakukan apa yang kita sukai, apa yang kita anggap baik, supaya kita memasuki rancangan Tuhan. Sebab itu, hidup kita harus selalu diperbaharui oleh Tuhan, supaya kita hidup selalu didalam damai sejahtera Tuhan Yesus.
Hidup kita yang diperbaharui oleh Tuhan, adalah jikalau kita masuk ke dalam paradigma (kerangka berpikir) Tuhan, yaitu:
1. Paradigma Tuhan: ‘minum anggur atau minuman yang beralkohol adalah sewaktu mendapat gangguan pencernaan dan tubuh lemah’ (baca 1 Tim. 5 : 23 “Janganlah lagi minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah”).
Ø Tetapi banyak orang minum anggur atau minuman beralkohol mengakibatkan sakit perut di kemudian hari dan tubuh mereka menjadi lemah setelah minum anggur atau minuman yang beralkohol tersebut.
2. Paradigma Tuhan: ’anak adalah anugerah’ (“...anak-anak yang diberikan TUHAN kepadaku adalah tanda dan alamat...”, Yes.8:18), tetapi manusia menjadikan anak itu adalah suatu keharusan dari pernikahan, karena secara hurufiah memahami Kej.1:28 “...Beranakcuculah dan bertambah banyak...” adalah untuk keharusan memiliki anak-cucu. Padahal kesegambaran manusia dengan Tuhan yang mau dinyatakan di ayat itu, sekali-kali tidaklah terjadi dari kemampuan beranak, tetapi sebagai tuan yang menguasai alam ciptaan-Nya.
Ø Berbagai cara dilakukan orang untuk memiliki anak, bahkan dengan perdukunan dan kebiasaan-kebiasaan orang yang tidak mengenal Tuhan atau dongeng nenek - nenek tua (1 Tim.4:7), sehingga anak yang dilahirkan mempunyai perilaku yang mendukakan hati orang tua dan akhirnya mendatangkan kebinasaan kepada orang-tuanya dan lingkungan yang terpengaruh oleh prilaku si anak.
3. Paradigma Tuhan: ‘tidak semua orang kawin’. Tidak semua orang mendirikan mahligai rumah tangga (berkeluarga). Karena “Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang dijadikan demikian oleh orang lain dan ada orang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga...” (Mat.19:12).
Ø Sehingga tidak ada dasarnya orang mengatakan bahwa orang yang tidak kawin adalah orang yang tidak diberkati, orang yang malang, karena Yohanes Pembaptis dan Paulus tidak kawin, namun mereka dipakai Tuhan untuk menyatakan rancangan-Nya.
1. Paradigma Tuhan: ‘tidak semua orang yang menikah memiliki anak dari darah dagingnya’, tetapi mereka menjadi ibu yang berbahagia dan kerinduan hati mereka dipuaskan oleh Tuhan. Karena Tuhan “mendudukkan perempuan yang mandul di rumah sebagai ibu anak-anak, penuh sukacita. Haleluya!” (Maz.113:9) dan “Bersukacitalah, hai si mandul yang tidak pernah melahirkan! Bergembira dan bersorak-sorailah, hai engkau yang tidak pernah menderita sakit bersalin!” (Gal.4:26).
Ø Sehingga tidak ada dasar bagi keluarga (yang sudah berdoa untuk meminta anugerah anak) untuk pergi meminta pertolongan ke dukun. Ora et Labora berarti berdoa dan berusaha secara medis (kesehatan) yang diberkati oleh Tuhan.
4. Paradigma Tuhan: ‘tidak semua orang yang berdoa untuk kesembuhan akan mengalami kesembuhan’. Sebagaimana Paulus yang sudah tiga kali berseru supaya duri dalam dagingnya dihilangkan, tetapi jawab Tuhan: “Cukuplah kasih karnia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” (2 Kor.12:9a).
Ø Sehingga, ketika berdoa: tidak sembuh, tidak ada alasan mencari kesembuhan dari dukun atau pengobatan alternatif, karena menganggap bahwa ke dukun itu sebagai usaha yang disetujui oleh Tuhan.
5. Paradigma Tuhan: ‘Mintalah, maka akan diberikan kepadamu’ (Lukas 11:9a) adalah suatu kepastian, kalau yang kita minta itu adalah Roh Kudus (Lukas 11:13b “Bapamu yang di Sorga akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.”)
Ø Sehingga jika ada yang mengimani dirinya sebagai orang percaya, ketika ia meminta atau memohon tidak mendapat, maka janganlah ia meragukan imannya. Karena pemberian Tuhan adalah apa yang menjadi kehendak-Nya.
6. Paradigma Tuhan: “...cerdik seperti ular...(Mat.10:16) adalah untuk penginjilan, tetapi banyak orang memahami, kalau seseorang tidak sembuh dari suatu penyakit setelah berdoa, maka mereka boleh ke dukun. karena pergi ke dukun dianggap sebagai usaha seperti pergi berobat ke dokter.
Ø Sungguh sangat berbeda pergi ke dokter (medis) dan pergi ke dukun. kalau kita pergi ke medis karena itu adalah ilmu pengetahuan yang diberkati Tuhan, tetapi kalau kita pergi ke dukun itu adalah masalah iman atau kepercayaan yang lain, karena apa yang diberikan dukun adalah pimpinan dari yang dipercayainya, yang jelas bukan dari Tuhan. Misalnya yang diberikan adalah jimat-jimat seperti batu-batuan, maka hal itu tidak dapat diterima berhubungan dengan tubuhnya yang sakit, tetapi selalu dikaitkan dengan yang dibuat orang lain melalui guna-guna atau santet, dukun memberikan mantra-mantra, maka hal itu tidak ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan tentang penyakit yang ada di tubuhnya, tetapi jimat, guna-guna, mantra itu adalah kepercayaan yang tidak mengenal Tuhan.
7. Paradigma Tuhan: ‘Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu (Mazmur 34:20)’. Orang benar atau orang percaya mempunyai banyak penderitaan atau persoalan hidup, tetapi Tuhan senantiasa memberikan pertolongan. Sehingga ”segala perkara dapat kita tanggung di dalam Yesus yang memberi kita kekuatan” (Filipi 4:13). Sedangkan “kemalangan akan mematikan orang fasik” (Mazmur 34:22)
Ø Tetapi banyak orang yang merasa bahwa orang percaya hidup di dalam kelimpahan, tidak mengalami penderitaan, apa yang diminta akan dikabulkan, hidupnya senantiasa berhasil.
8. Paradigma Tuhan: ‘Pengertian orang tua bukan saja orang yang melahirkan, tetapi orang yang lebih tua, maka kita juga menghormati mereka’ (1 Tim.5:1a “Janganlah engkau keras terhadap orang yang tua, melainkan tegorlah dia sebagai bapa.”)
Ø Sehingga kita harus menghormati orang yang lebih tua, siapapun itu. kita memperlakukan mereka dengan penuh hormat, supaya lanjut umur kita di tanah yang diberikan Tuhan.
9.Paradigma Tuhan: ‘Janda-janda diperhatikan dan dihormati dengan benar’ (1 Tim.5:3 “Hormatilah janda-janda yang benar-benar janda”). Janda-janda dalam kedudukan yang sangat lemah, sehingga TUHAN mempunyai perhatian yang khusus dan membela kepentingan mereka (Ams 15:25 “Rumah orang congkak dirombak TUHAN, tetapi batas tanah seorang janda dijadikanNya tetap”).
Ø Kebaikan kepada janda dinilai sebagai tanda kesalehan yang sebenarnya, bahkan TUHAN membuat dalam ketentuan-ketentuan Hukum Taurat untuk melindungi para janda (Kel.22:22 “Seseorang janda atau anak yatim janganlah kamu tindas“). Menghormati janda juga berarti memberi bantuan untuk yang mereka butuhkan, bukan penghormatan dengan kata-kata saja (bnd.Mat.15:4-6), karena janda yang benar-benar janda adalah seorang ibu yang kehilangan seorang penopang, maka mereka layak mendapatkan pertolongan.
10. Paradigma Tuhan: ‘janda atau duda dapat nikah lagi’ (1 Kor.7:9 “kalau mereka tidak dapat menguasai diri, baiklah mereka kawin. Sebab lebih baik kawin dari pada hangus karena hawa nafsu”).
Ø Keinginan seksual adalah kodrati dan pernikahan merupakan pemenuhannya. Sehingga tidak ada gunanya seseorang bertahan untuk tidak kawin, jika pikiran-pikirannya menjadi kacau.
11. Paradigma Tuhan: ‘anak atau cucu berbakti kepada ibunya yang janda’ (1 Tim.5:4 “jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka itu pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas budi orang tua dan nenek mereka”). Janda itu menjadi kewajiban utama anak-anaknya.
Ø Bila mereka tidak dapat berbakti kepada orang tuanya sendiri yang dapat mereka lihat dan yang kepadanya mereka berhutang budi (didasarkan atas rasa terimakasih dan balas budi), apa lagi mereka beribadah kepada Tuhan (bnd. 1 Yoh.4:20). Jadi, supaya anak-anak diberkati, mereka harus terlebih dulu berbakti kepada ibunya.
12. Paradigma Tuhan: ‘janda yang benar-benar jandalah yang perlu ditolong’ (1 Tim.5:5a “seorang janda yang benar janda, yang ditinggalkan seorang diri”).
Ø Janda yang benar-benar janda yang perlu ditolong adalah janda yang tidak ada sanak saudara lagi yang dapat memelihaharanya, maka ia harus bergantung kepada Tuhan. Ketergantungan itu nampak dalam ketekunananya beribadah dan berdoa siang dan malam kepada Tuhan.
13. Paradigma Tuhan: ‘anak yang tidak memelihara ibunya yang janda adalah lebih buruk daripada yang tidak beriman’ (1 Tim.5:8 “jika ada seorang yang tidak memelliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman”)
Ø Karena anaklah yang terakhir mengenal tanggung jawabanya terhadap orang tua yang mempunyai hubungan darah dengan mereka dan demi pemeliharaan hukum kasih.
Kita memilih Paradigma (kerangka berpikir) Tuhan, supaya kita memiliki damai sejahtera abadi dan hidup berkelimpahan
Doa:
Tuhan Yesus yang Maha Pengampun, ampuni saya yang selama ini memiliki paradigma yang tidak sesuai dengan kehendak-Mu, dan saat ini beri saya pengertian, supaya saya dapat memiliki paradigma Tuhan di dalam setiap sisi kehidupan saya, sehingga saya dapat memuliakan Tuhan Yesus untuk selama-lamanya. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar