"Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai" (Yakobus 3:18).
Hikmat Sorgawi akan terus menaburkan buah-buah kebenaran dalam damai, dengan demikian akan menciptakan perdamaian di dunia. Apa yang ditaburkan dalam damai akan menghasilkan panen sukacita. Biar saja orang lain menuai buah-buah dari perselisihan dan semua keuntungan yang dapat mereka peroleh bagi diri mereka sendiri melaluinya. Tetapi marilah kita terus dengan damai menaburkan benih-benih kebenaran, karena jerih payah kita tidak akan sia-sia. Terang sudah terbit bagi orang benar, dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati. Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya.
Hikmat Sorgawi dapat diketahui melalui kelembutan hati, kemurnian, kedamaian, kelembutan, sifat dapat diajar, dan belas kasihan yang ditunjukkan dalam semua tindakan kita, dan buah-buah kebenaran yang berlimpah dalam hidup kita, membuktikan bahwa Tuhan telah menganugerahkan kepada kita karunia yang luar biasa ini. Sehingga orang yang berhikmat tidak akan mendatangkan kekacauan apalagi menciptakan perselisihan dan pertikaan di tengah-tengah masyarakat. Mereka hidup dalam kedamaian, jauh dari perselisihan, karena masing-masing menjalankan kehidupan sehari- harinya dengan sikap lemah lembut. Maka, Hikmat Tuhan menuntun seseorang untuk memiliki kemurnian hati, menyadari akan kebaikan-kebaikan Tuhan dalam hidupnya, menjadi pelaku firman Tuhan, dan menjaga hidupnya sesuai kehendak Tuhan.
Tetapi, orang yang hidup dalam kebencian, iri hati, dan pertengkaran, hidup dalam kebingungan; dan dapat diprovokasi dan diburu-buru melakukan pekerjaan jahat apa pun. Hikmat seperti itu tidak berasal dari Tuhan, tetapi muncul dari prinsip-prinsip duniawi, bertindak berdasarkan motif duniawi, dan berniat melayani tujuan duniawi. Mereka yang menyepelekan hikmat Tuhan adalah orang-orang yang hatinya dipenuhi kesombongan, iri hati, dengki, bertindak seolah-olah membela kebenaran, tetapi sebenarnya memanipulasi kebenaran! Tidak hanya itu, mereka juga hidup dalam perselisihan, seluruh hidupnya dipenuhi oleh keinginan- keinginan untuk berbuat jahat.
Sehingga banyak orang atau keluarga berantakan disebabkan tindakan yang tidak berdasarkan hikmat sorgawi, misalnya mementingkan diri sendiri. Kendati demikian tidak sedikit orang Kristen yang meremehkan dosa seperti 'mementingkan diri sendiri' sebagai hal sepele. Padahal bila melihat dampak yang ditimbulkannya, yakni kekacauan dan segala perbuatan jahat, sudah seharusnya orang Kristen menjauhi dosa ini. Karena itu, bila orang ingin dipenuhi damai sorgawi, perbuatannya pun harus berasal dari hikmat sorgawi, yakni hikmat yang bersumber dari karya pembaruan Tuhan Yesus dan teladan hidup-Nya.
Oleh karena itu, mintalah dan milikilah hikmat yang berasal dari Tuhan. Hikmat-Nya bersifat murni, pendamai, peramah, penurut, dan penuh belaskasihan. Hikmat ini pula yang akan menuntun kita untuk memiliki cara hidup yang baik dan dapat menyatakan perbuatan hikmat yang lahir dari kelemahlembutan. Hikmat Sorgawi itu bersumber dari Tuhan Yesus sebagai Kebenaran, dampaknya adalah damai bagi mereka yang mengadakan damai. Dengan demikian kita dimampukan menjadi seorang juru damai pembawa kebenaran di dalam lingkungan keluarga, kantor, kampus, dan dimana pun kita berada.
Sebab, ada orang yang ditolak saat memberitakan injil karena jatuh dalam perdebatan. Bisa saja ketika kita memberitakan Injil atau berdiskusi tentang Injil terjebak dalam diskusi yang hangat dan alot bahkan ada yang sampai tegang leher. Diskusi dan dialog seperti itu tidak sehat lagi sebab Injilnya bisa saja mereka pahami, tetapi mereka sulit untuk menerimanya. Karena kita menyampaikan bukan dalam suasana damai, sehingga membuat yang berangkutan menutup diri kepada kebenaran itu sendiri. Haruslah kita sadari bahwa dalam perdebatan dengan orang, kita merasa berhasil karena orang tersebut tidak bisa membantah apa yang kita katakan, namun kita kalah dalam pembicaraan tersebut sebab orang tersebut tidak berhasil untuk dibawa kepada Kristus.
Bisa saja kita menggunakan cara yang tidak berhikmat dalam bersaksi, kita menyangka jika kita berhasil menjatuhkan pandangan orang lain, maka orang tersebut akan percaya dengan apa yang kita beritakan. Pada kenyataannya hal tersebut tidak terjadi, itulah sebabnya hikmat itu haruslah ditaburkan dalam damai, barulah buah kebenaran akan muncul dari padanya. Kita perlu menyampaikan ajaran Tuhan dengan cara yang benar dan dalam situasi yang damai, kita tidak dapat membagikan pesan injil dengan efektif, jika kita sibuk dengan usaha kita untuk mendebat orang yang sedang kita injili. Karena itu, taburkanlah kebenaran dengan cara damai agar banyak orang yang menerimanya dengan baik.